Cerita
ini berawal dari keisengan saya untuk selalu mencoba hal-hal yang baru
dan pengalaman baru. Suatu ketika seorang teman bernama Herry, datang ke
tempat kost dan bercerita mengenai petualangannya mencari wanita
penjaga toko. Karena saya merupakan tipe orang yang tidak mudah percaya
dengan omongan teman saya tersebut, maka saya mengajak teman saya
membuktikan omongannya. Jam 8.30 malam tepat, teman saya mengajak pergi
ke pertokoan di alun-alun Bandung. Karena perjalanan dari tempat kami
dari Buah Batu memerlukan waktu sekitar 30 menit, maka jam 9.00 tepat
kami sudah sampai di pertokoan tersebut.
Sesampainya di sana toko-toko sudah mau tutup, dan kami memasuki salah
satu toko serba ada di sana. Langsung saja saya menuju counter pakaian,
sambil berkeliling pura-pura mau membeli pakaian. Kebetulan toko sudah
sepi karena mau tutup, dan pengunjungnya hanya beberapa orang. “Mau cari
baju apa Mas?” tanyanya. Waktu saya lihat ke arah suara tadi, ternyata
wanita penjaga counter yang mirip dengan bintang sinetron CT. “Ini Mbak,
mau cari jeans ini yang nomor 32 ada nggak ya?” tanyaku. Si Mbak pun
mencarikan jeans yang saya maksud. Karena letaknya di bagian bawah, maka
si Mbak mencari dengan membungkukkan badan. Karena rok yang di pakai 10
cm di atas lutut, maka paha mulusnya pun terpampang di depan saya. “Wah
gile bener nih.. mulus banget.” Pikiran saya jadi ngeres nggak karuan
lihat pemandangan di depan saya.
“Yang ini Mas?”, tanyanya.
“Oh.. ya..”, jawabku.
Lalu si Mbak pun menuliskan bon untuk dikasihkan ke kasir.
“Mmm.. Mbak.. boleh tahu namanya?” tanyaku mengawali pembicaraan.
“Sheilla”, katanya.
“Denny”, kataku sambil mengulurkan tanganku.
“Ini Mas bonnya”, katanya.
“Makasih, mmh.. Mbak pulang jam berapa?” tanyaku.
“Ntar jam 9.30″, jawabnya.
“Ada yang nganter?” tanyaku lagi.
“Mas mau nganter?” tanya dia menantang.
“Wah, kalau situ mau ya bolehlah”, jawabku mantap.
Tak lama kemudian ada pengumuman bahwa toko mau tutup, dan saya pun
membayar barang belanjaan, dan menunggu bersama teman saya di luar di
depan pintu tempat karyawan toko keluar. Tak lama kemudian terlihatlah
Sheilla menuju ke arahku.
“Kelamaan nunggunya ya Den?” tanyanya.
“Wah, kalau nunggu wanita secakep Sheilla sih rasanya sangat lama”, kataku.
“Ah bisa aja kamu..” kata Sheilla sambil nyubit pinggangku.
Kami bertiga pun meninggalkan toko tersebut.
“Emang Sheilla rumahnya di mana?” tanyaku.
“Saya di Jalan S”, katanya.
“Oohh, okelah!” jawabku.
Kami pun menuju tempat parkir dan saya starter Katana tahun 90-an yang sudah menemani saya selama 5 tahun ini.
“Denn, saya turunin di sini Den..” kata Herry saat mobil melewati panti
pijat di Jalan S. Dan mobil pun kuhentikan, Herry turun langsung masuk
ke panti pijat. Wah ini anak memang gila beneran.
“Itu sudah deket kok Den, tempat kost Sheilla”, katanya.
“Yah kiri, di situ.” katanya lagi.
Kami pun turun, saat di tempat kos penghuninya sudah tidur semua, tapi
karena Sheilla memiliki kunci sendiri, kami pun tak ada kesulitan untuk
masuk.
“silakan duduk dulu Den!” katanya.
Dan Sheilla pun pergi ke dapur membuat minuman. Kamar Sheilla ukurannya 3
X 4 meter, di dalamnya hanya ada televisi, VCD, sama kursi. Meja dan
tempat tidur. Tempat tidurnya diletakkan di bawah di atas karpet. Kubuka
2 koleksi VCD-nya, wah ini ada VCD xx-nya. Pas saya lihat 2 VCD, dia
pun masuk dengan membawakan segelas STMJ dan memakai kaos street dan
celana pendek.
“Wah, semakin kelihatan seksi nih anak”, pikirku.
“Nih diminum Den, biar anget”, katanya.
“Shell.. kamu suka ya lihat film-film macem ginian?” tanyaku.
“Ah nggak juga, cuma buat nonton kalau lagi butuh.” katanya.
“Butuh apaan?” tanyaku berlagak bodoh.
“Yah, butuh itu tuh..” katanya sambil tertawa.
“Eh, saya mau nonton yah..” kataku.
“Yah silakan, asal nggak terpengaruh loh ya! resiko ditanggung sendiri”, katanya sambil tersenyum genit.
Aku pun mulai menyalakan VCD dan menontonnya. Disitu diperlihatkan
seorang wanita yang diikat tangan kakinya di ranjang dan ditutup
matanya, disetubuhi oleh lelaki dengan nafsunya. “Ahh.. no.. no..
uhshh..” jerit wanita tersebut sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.
“Eh Den, kalau yang itu saya juga belum liat tuh”, kata Sheilla.
Kemudian Sheilla pun duduk di samping saya. Terlihat lagi kemudian
ikatan tali itu dilepas, dan si wanita menungging, dan si lelaki berdiri
di belakangnya, dan mulai menyetubuhinya dengan gaya anjing. “Ohh..
yess.. ahh.. ahh.. yess.. yess..” jerit wanita tersebut.
Sheilla duduk semakin mendekat ke tubuhku saat menonton adegan tersebut,
dan dadanya malah digesekkan ke lenganku. “Wah, kayaknya dia terangsang
nih”, pikir saya. Kemudian adegan pun semakin seru, si wanita
menggoyang maju mundurkan pantatnya mengimbangi laju kemaluan laki-laki
tersebut ke dalam ke kemaluannya. “Oohh baby, yess.. ahhk”, jerit wanita
tersebut dan Sheilla pun semakin menggesekkan dadanya ke lenganku dan
akhirnya saya beranikan diri untuk memegang dadanya, dan ternyata
Sheilla diam saja sambil terus memperhatikan gambar. Saya semakin berani
dengan mencium bibirnya, yang dibalas dengan ciuman pula oleh Sheilla.
Akhirnya saya dan Sheilla pun terlibat dalam acara pagut memagut yang
sangat seru. Lidah kami saling melilit satu sama lain. Kemudian Sheilla
melepaskan kaos streetnya. Saat kaos sampai di kepalanya dan matanya
masih tertutup kaos tersebut, saya menciumi bibirnya dengan ganas,
“Mmm”, dan dibalas dengan ganas pula oleh Sheilla. Akhirnya saya turun
ke bawah menciumi lehernya yang panjang dan agak melengkung ke depan
berbentuk seperti kuda. Kata orang sih wanita dengan bentuk leher
seperti ini nafsunya besar.
Kemudian Sheila pun mendesah, “Oohh.. shh.. shh”, dan kemudian saya buka
kaitan branya dengan gigi saya dan terpampang di depan mata saya
gundukan gunung kembar berbentuk kerucut dengan puncaknya berwarna merah
muda. Langsung saya jilati dari lembah gunung kembar tersebut terus
menuju ke puncaknya. “Aakhh.. okhh.. Denn.. shh.. jangann.. jangan Den..
jangan.. jangan hentikan Den..” hanya kata itu yang keluar dari bibir
Sheilla. Wah gila juga nih cewek, masih sempat bercanda dalam
kenikmatan. Tak lama kemudian ujung gunung kembar itupun berubah menjadi
keras seperti penghapus pensil dan semakin keras saja. Selanjutnya
habis mengerjakan tugas di puncak gunung, saya turun sedikit menuju
lembah dan tepat di atas pusar saya jilati lagi. Terus saya berhenti.
“Aahh.. shh.. loh.. sshh kok berhenti? sshh”, tanya Sheila.
“Shell kamu punya susu kental manis nggak?” tanya saya.
“Loh kan udah ada susu kenyal nikmat”, katanya.
“Beneran nih Shell”, kata saya.
“Tuh di atas meja”, katanya sambil menunjuk ke meja.
Langsung saja saya ambil dan saya bawa menuju ke Sheilla.
“Wah mau diapain Den?” tanyanya.
“Biar lebih manis”, kata saya sambil mengoleskan susu kental tersebut ke daerah di sekitar pusar Sheilla, dan menjilatinya.
“Wah tubuhmu memang lezat pakai susu ini Sheilla, mmh.. slurpp”, kata saya sambil menjilat dan menghisap-hisap tubuhnya.
“Ahh.. shh.. ukhh.. ss..” desah Sheila.
Kemudian saya mulai membuka celana pendek Sheilla dan membuka celana
dalam warna kremnya. Dan setelah seluruh susu kental di tubuh Sheilla
habis, saya langsung turun ke daerah selangkangan Sheilla. Posisi
Sheilla sekarang tidur di sofa dengan kaki mengangkang membentuk huruf M
dan saya duduk di bawah dan menjilati pangkal pahanya. “Mmm.. mm..
slurpp.. mmh.. saya jilati seluruh permukaan rambut di daerah segitiga
terlarang tersebut di situ tumbuh dengan lebatnya rambut-rambut halus
bagaikan hutan tropis Kalimantan sebelum kebakaran. Kujilati hingga
rambut di situ basah semua, dan kemudian saya menuju ke bibir-bibir
kemaluan Sheilla. Kujilati bibir-bibir indah tersebut dengan ganasnya,
“Okhh.. akkhh.. yess.. Denn.. ahh..” desah Sheilla sambil mengangkat
pinggulnya.
Kemudian kusingkap kedua bibir untuk mengetahui rahasia di dalam
kemaluannya. Terlihat dengan jelas tonjolan daging yang ada di dalamnya
dan kujilati dengan lidahku. “Ohh.. di situu terus Den.. akhh.. oukhh..
akk”, jerit Sheilla saat saya jilati daging, yang biasa disebut
klitoris.
Setelah menjilati daging tersebut, kumasukkan tanganku ke dalamnya
terasa ada yang menyedot jariku. dan kugesek-gesekkan jari-jariku ke
dalam kemaluan Sheilla dan terasa daging yang bergelombang-gelombang di
dalamnya. Mungkin ini yang disebut G-spot pikir saya. Langsung saja saya
korek-korek daerah situ. Sheilla pun semakin tak terkendali, “Aahh..
sshh.. ohkk.. uhh.. yess, Dennyy.. teruss.. ahkkh..” jeritnya semakin
nggak jelas. Saya semakin memperbesar frekuensi mengobrak-abrik daerah
tersebut, yang makin lama terasa semakin basah dan semakin
menyedot-nyedot jariku. Tak lama kemudian, “Ohh.. Dennyy.. shh..
akkhh..” jerit Sheilla mengejang tanda mencapai klimaks, dan jariku di
dalamnya pun semakin basah oleh semburan air dari dalam kemaluannya.
Kemudian saya keluarkan tangan saya dari cengkeraman kemaluannya dan
menciumi Sheilla. “Sudah puas sayang?” tanya saya. Dia pun tersenyum
genit.
Kemudian Sheilla saya rebahkan di karpet dan saya ambil inisiatif 69 dan
saya mulai menjilati kemaluan Sheilla. “Den.. masih ngilu.. kamu aja
yang saya jilatin deh!” kata Sheilla. Saya langsung duduk di sofa, dan
Sheilla mulai menjilati kemaluan saya. Dia jilat kantung kemaluan saya
dengan nikmatnya sambil sekali-kali melirik ke arah saya. Kemudian dia
menjilati batangan saya yang 7 inchi menyusuri jejak urat-urat yang
menonjol di situ. Saya cuma bisa bilang, “Ahh.. ohh.. shh”, saat dia
menjilati batangan saya. Dia pun lalu mulai menjilati kepala kemaluan
saya yang seperti helm astronot sambil memainkan lubangnya dengan lidah
yang menari-nari di atasnya. kemaluan saya pun semakin tegang saja, dan
kemudian dia mulai memasukkan dan mengeluarkan kemaluan saya di dalam
mulutnya dengan frekuensi tinggi, sehingga dengan gerak reflek saya maju
mundurkan kemaluan saya sambil memegangi rambutnya. Setelah hampir 6
menit berlalu sepertinya dia sudah capai karena saya nggak keluar-keluar
juga. Akhirnya dia pun menghentikan aktifitasnya. “Denn.. lama bener
sih keluarnya, masukin ke kemaluan aja ya biar cepet keluar!” katanya.
Kemudian Sheilla mengambil sesuatu dari lemarinya. Ternyata dia
mengambil kondom yang bentuknya lucu seperti ikan lele, ada sungutnya.
Dan memberikan ke saya. “Nih Den pake, biar saya nikmat dan tahan lama”,
katanya. Lalu saya memakaikan kondom tersebut ke kemaluan saya, dan
Sheilla sudah siap tempur dengan tidur telentang dan kakinya membentuk
huruf M. Langsung saya masukkan kemaluan saya ke dalam kemaluan Sheilla.
Wah, ternyata masih seret juga nih lubangnya pikir saya. Dan dengan
dorongan sedikit tenaga masuklah batang saya ke dalam cengkraman
kemaluannya. Saya dorong keluar masuk kemaluan saya ke dalam
kemaluannya. “Aahh.. oohh.. shh.. akhh.. shh.. teruss.. Denn.. ahh..”
desah Sheilla semakin tak beraturan. Kemudian saya berhenti, kemaluan
saya di dalam kemaluannya dan memainkannya seperti orang sedang menahan
air pipis. “Ih.. kamu nakal.. Den..” dan Sheilla ganti membalasnya
dengan perlakuan seperti saya. Saat dia melakukan hal tersebut,
kemaluannya terasa menjepit-jepit seluruh batang kemaluan saya secara
periodik, dan membuat saya tak bisa mengendalikan diri.
Kemudian saya genjot lagi kemaluan saya dan menggesekkan sungut-sungut
pada kondom, sepertinya membuat sensasi tersendiri pada kemaluannya,
“Ahh.. oohh.. Denny.. sungut lelemu.. ohkss.. akk.. yes ahh.. ohkk..”
jerit Sheilla menikmati sungut lele dan dia pun menggoyangkan pinggulnya
semakin kuat dan berbunyi kecipak-cipak saat saya memasuk-keluarkan
kejantanan saya di dalam kewanitaan Sheilla yang makin basah.
Setelah 15 menit kemudian Sheilla mendesah, “Deny.. ouchh.. akuu..
mmaauu.. akh, sampaii.” Tak lama kemudian terasa tumpahan cairan dari
kemaluan Sheilla membuat batang kemaluan saya panas dan terasa ada yang
menghisap-hisap kemaluan saya yang membuat saya tak bisa mengendalikan
diri, dan keluarlah lahar panas dari kemaluan saya pada kantong kondom
di dalam kemaluan Sheilla. Kami berdua pun lemas dalam kenikmatan. Saya
biarkan kemaluan saya di dalam kemaluan Sheilla sampai hilang
hisapan-hisapan dari kemaluannya. Kemudian kukeluarkan kemaluan saya dan
saya lepas kondom dan saya berikan ke Sheilla. “Nih, sumbangkan ke bank
sperma”, kata saya. Dia pun tersenyum genit, dan pergi ke kamar mandi
untuk membuang kondom tersebut. Kemudian kami pun tertidur dengan tubuh
tanpa busana sampai keesokan harinya.